Sabtu, 31 Desember 2011

Keping Hati


                “Kriiing....Kriiiing.....”
            “ Pulang yuk. Capek banget nih “ ajakku pada Iren
            “ Yuk “ jawab Iren
Seperti biasa, kami pulang bertiga bersama Tata. Aku dan Iren berada dikelas IXB sedangkan Tata dikelas IXA. Jarak rumah yang dekat dan seringnya berkumpul bersama membuat kami bersahabat. Banyak yang mengatakan aku dan Iren memiliki kemiripan wajah. Terkadang banyak orang yang mengatakan kami bersaudara bahkan ada yang mengatakan kami kembar.
            Siang itu, kami menunggu angkutan umum dengan susah payah. Maklum, jam pulang sekolah. Banyak angkutan yang penuh sesak dengan siswa-siswi sekolah menengah pertama. setelah sekian lama menunggu, akhirnya kami pun mendapatkan angkot.
            Mataku tertuju pada sesosok pria yang duduk ditengah. Sejenak aku terpana mengagumi aura yang terpancar. Tidak terlalu “wah” tapi cukup menarik.
            “ Dhe cepat “ teriak Tata dibelakangku.
Akupun tersadar. Dengan ekspresi salting dan canggung aku duduk di bangku penumpang. Tak lama kami bertiga ribut dengan cerita masing-masing. Tata yang cerewet menceritakan berbagai hal yang penting maupun nggak penting. Sebagai pendengar setia aku dan Iren mendengarkan dengan seksama. Terkadang menanggapi dan kemudian tertawa. Sekilas cowok itu seperti melihat kami, entah terganggu atau tertarik.
“ Kiri bang “
Aku menoleh ke asal suara itu. Oh cowok itu berhenti disini. Aku melihatnya sampai ia hilang dari pandangan.
“ EHEM..  ada yang curi-curi pandang nih “ Tata bersuara
“ Hahahaha.... apa’an sih “ ternyata Tata melihatnya
“ Cowok tadi manis. Sekolah dimana ya “
“Itu baju khas sekolah Harapan. Mungkin dia sekolah disana “ Iren menjelaskan
Tak lama Tata dan Iren telah sibuk dengan cerita mereka.
***
Keesokan harinya kami kembali bertemu dengan cowok itu. Awalnya aku berpikir mungkin kami kebetulan selalu pulang di jam yang sama. Tetapi selama berminggu-minggu kami sering kebetulan berada di angkutan yang sama.
Akupun mulai tertarik dengannya. Dari Tata aku mendapatkan berbagai informasi.
“ Cowok itu siapa ya “ tanyaku ketika ia turun dari angkot
“ Yang itu ? tetangga nenek Ta, Dhe. Rumahnya disebelah rumah nenek”
“ Hah.. Yang bener. Siapa namanya ?
“ Andre. Sekolah di Harapan kelas 3 “
“ oh “ jawabku sambil menganggukkan kepala
Aku sering bercerita tentang Andre dan kekagumanku. Tata dan Iren selalu mendengarkan keluh kesahku. Hingga suatu hari ketika kami ingin menaiki sebuah angkot yang juga ditumpangi Andre, ternyata angkot itu penuh. Sekilas aku melihatnya tersenyum.
“ Ta, ade Andre. Iiii aku mau naik angkot itu. Tadi dia senyum“ rengekku dengan manja
“ Penuh Dhe. Gimana mau naik? Eh Ren, kamu masih dengan Andre? “
Seketika aku langsung menoleh ke Iren
“ Udah putus kok “ Jawab Iren singkat
“ Andre mana Ta “
“Andre yang itu lah “
Teman.. Pernah ngerasa dibohongi sahabat sendiri? Pernah ngerasa dikhianati? Itulah yang aku rasakan. Aku marah. Aku kecewa. Sahabat yang selalu jadi tempat curhatku tentang dia ternyata menikamku dari belakang.
Sempat beberapa hari aku marah pada Iren. Kenapa dia tega bohong denganku? Kenapa dia nggak jujur dengan perasaannya? Bahkan aku mengetahui semuanya ketika mereka telah putus.
Hari itu pertemuan terakhirku dengan andre. Kami tidak pernah bertemu dalam angkot lagi. Mungkin ini lebih baik. Setiap aku ingat andre aku selalu sakit hati.
Ujian Nasional telah usai. Kami bertiga lulus dengan nilai yang amat memuaskan. Aku melanjutkan sekolah di sebuah SMA negeri yang berada di dekat rumah andre. Tata melanjutkan sekolah di sebuah SMA favorit yang cukup jauh. Sedangkan Iren melanjutkan sekolah di sebuah SMK negeri.
***
From : 08XX5417370X
Assalamualaikum
ni dhera ya ??

To        : 08XX5417370X
Iya.. Maaf siapa ??

From   : 08XX5417370X
            Andre

Andre? Siapa? Kayaknya ndak ada deh temenku yang namanya andre.

From   : 08XX5417370X
Andre yang tinggal di Surya Pelita

To        : 08XX5417370X
            oo.. Andre itu. Iya ada apa

From   : 08XX5417370X
Nggak ada apa-apa kok. Cuma mau lebih dekat dengan Dhera

Lebih dekat? Apa nggak salah. Setelah dia mempermainkan perasaan aku. Sekarang dengan yakin dia ingin lebih dekat denganku.
Berbagai perasaan berkecamuk. Senang karena andre akhirnya ngehubungin aku. Tapi juga ada rasa kecewa. Kenapa baru sekarang dia mau mencoba dekat.
***
Semakin lama kami semakin dekat. Aku memanggilnya mas dan dia manggil aku dede’. Andre menceritakan semuanya. Tentang hubungannya bahkan tentang keluarganya.
Walaupun aku tahu hubungan andre dan Iren telah berakhir. Tapi rasa sakit itu tetap ada. Sakit dibohongi dan dikhianati. Itulah mengapa beberapa kali aku menolaknya.

From   : 08XX5417370X
            Dek. Masih sayang dengan mas?

Aku benci pertanyaan ini. aku sayang kamu mas. Ucapku dalam hati

To        : 08XX5417370X
            Ndak mas.

Lain di mulut lain pula dihati. Munafik sekali aku. Beberapa kali andre mencoba datang kerumahku dan selalu aku tolak dengan alasan aku sibuk. Nyatanya, aku belum siap ketemu dia.
***
Tanpa terasa 3 tahun kenal dengan andre, perasaan itu masih ada dan nyata. Apalagi setelah aku tahu adiknya, Winda, masuk ke SMA yang sama dan menjadi juniorku di salah satu ekskul.
            Terkadang Winda bercerita, andre sering mengajak kerumahku. Andre sering cerita tentang aku.
            “Win, mas Andre masih di Ketapang?” tanyaku ketika ada sebuah acara menginap di sekolah
            “Masih kak. Dia kerja disana. Kemarin seminggu dia disana terus ke Mandor.”
            Kutanggapi dengan senyum sekilas. Pertanda aku berterimakasih
            “Dia sering ngajak Winda kerumah kakak. Nolah nggak kak?” tanya Winda
            “ bolehlah. Kerumah aja kapan-kapan” aku pun pergi meninggalkan ruangan menuju keruang panitia
            Keesokan harinya Andre mengirimiku pesan singkat yang memberitahu bahwa ia sudah pulang. Rasa letih akibat acara semalaman ditambah kantuk berat membuatku tak terlalu menghiraukannya.
              From   : Andre
            Dek, semalam nanyain mas ke winda ya?

            To        : Andre
            Iya mas

            From   : Andre
Tadi pagi mas pulang. Tapi sekarang udah mau pergi lagi. Mas pamit ya mau kerja ku hulu
           
            To        : Andre
            Iya mas. Hati-hati

            From   : Andre
 Dek, mas mau nanya sebenarnya perasaan adek ke mas gimana. Masih ada rasa sayang ndak. Mas pengen tahu

            To        : Andre
            Ndak ada lagi

Beberapa saat kutunggu balasan dari andre. Aku pun terlelap. Sejak itu andre nggak pernah sms aku. Aku hanya berpikir mungkin ia marah atau kecewa. Entahlah. Aku terlalu gengsi untuk mengiriminya pesan labih dulu. Bagaimanapun, rasa marah dan kecewa 3 tahun yang lalu itu masih ada. 
***
Sabtu, 03 Desember 2011 23:04
            Ddrrrrtt...dddrrrrtttt
            “Siapa sih sms tengah malam” rutukku dalam hati
                From   : Herman
            Innalillahi wainnalilahirojiun..
            Selamat jalan sahabat semoga amal ibadahmu diterima oleh ALLAH.
Amin
            Alm (M.ANDRE)

            To        : Herman
            Andre mane man

            From   : Herman
            Andre temen SD-ku yang tinggal di Dadap Ayu

            To        : Herman
            Oh kirain aku andre mas aku yang tinggal di Surya Pelita

            From   : Herman
Ya memang Andre yang itu

            To        : Herman
 Hah... beneran? Kok bisa?nggfak mungkin. 3 minggu yang lalu dia pamit mau kerja di Mandor.

Secepat kilat aku mencari nama “Andre” di kontak handphone.

                To        : Andre
            Mas. Mas dimana? Mas nggak papa kan?

Kucoba menelpon, ternyata nomornya mati. Rasa takut, khawatir, bingung langsung menyerangku.

            From   : Herman
Dia kecelakaan di mempawah dengan sepupunya. Dia meninggal, nggak tahu gimana kabar sepupunya. sekarang aku masih dirumahnya. Kalau mau ngelayat besok pagi aja dengan aku.

            Seolah masih tak percaya, herman kucercar dengan berbagai pertanyaan. Hingga aku yakin itulah andre yang kukenal.
            Kucoba memejamkan mata. Melupakan sejenak apa yang telah terjadi. Aku hanya berharap, esok ketika aku datang kerumahnya, bukan ia yang terbujur kaku.
***
            Pukul setengah tujuh pagi tata menelpon dan mengabarkan hal serupa. Andre meninggal. Saat itu aku benar-benar yakin andre-ku telah tiada. Sedih sekali. Hingga airmata tak mempu turun.
            Aku, tata dan Iren melayat kerumahnya. Aku disambut Winda dengan senyum manis . Kubalas dengan senyuman dan anggukan kepala. Mata dan pikiranku tertuju pada sosok yang tengah terbaring diselimuti kain batik.
            Terlihat ibu andre menangis dan dihibur oleh keluarga yang ada. Aku duduk tak jauh dari beliau. Terdengar beliau menceritakan kebiasaan-kebiasaan almarhum semasa hidupnya beserta kebaikan-kebaikan yang dimiliki.
            Tak terasa air mata pun meleleh. Iren dan tata yang melihatnya pun mencoba menghiburku. Berbagai penyesalan merasuki pikiran.
***
            Perlu waktu lama untuk mengembalikan perasaan seperti semula. Ketakutan dan penyesalan datang setiap hari.
            Andai aku tidak terlalu munafik;
            Andai aku jujur dengan perasaanku;
            Andai aku mengijinkannya kerumah;
Andai aku menerima ajakannya pergi;
Andai aku  mau menyisihkan sedikit waktuku;
Mungkin aku bisa membuatnya bahagia untuk yang terakhir kalinya.
Berbagai kata “andai” terus berkeliaran di pikiranku. Hanya penyesalan yang kini dapat kurasakan.
Penantian 3 tahun berakhir dengan takdir. Mulai sekarang nggak akan ada lagi yang sms aku ngajak ketemu, minta maaf. Mungkin ini yang terbaik dari tuhan.
Hari-hari setelah kepergiannya kulalui dengan tangis. Terkadang aku mengirim pesan ke nomornya yang masih aku simpan. Tak jarang pula aku sengaja lewat depan rumahnya. Tentu Andre nggak akan pernah balas pesanku dan juga nggak akan pernah muncul di depan rumahnya.
Memerlukan waktu 2 minggu untuk dapat melupakan sosoknya dan penyesalan tentangnya. Kini aku hanya bisa mencoba ikhlas dan merelakannya pergi untuk selama-lamanya. Hanya do’a yang bisa aku berikan. Selamat jalan mas. Moga engkau tenang disana. Hadirlah disetiap mimpiku ketika kurindu akan dirimu.
masih ku ingat semua semangatmu
masih ku ingat jelas raut wajahmu
tpi kini kau tlah pergi jauh
meninggalkanku di sini ..sepi
racun yg tlah mengalir di darahmu
membutakan semua harap dan anganmu
hingga akhirnya kau menutup mata
meninggalakanku di sini …sepi
tinggalkan aku untuk selamanya
apakah kau masih mengingatku
walau kita di tempat berbeda
akankah kau ada di sampingku
di saat ku rindukan hadirmu

keyla – tempat berbeda

2 komentar: