Selasa, 16 Agustus 2011

Kisah Putri Pontianak

            Panas sekali siang ini. Seusai kelas terakhir aku masih harus menghadiri rapat bazar di kampus. Tetapi bayangan wajah kak Andi seketika menghapuskan rasa letihku. Diam-diam aku mengagumi kak Andi. Dia bukanlah seorang pemuda yang tampan dan kaya raya. Dia hanyalah seorang pemuda biasa yang bijaksana. Sifatnya itulah yang mampu menarik hati setiap gadis di kampusku. Kak Andi cukup populer dikalangan para mahasiswa. Karena dia juga seorang aktivis. Kekagumanku pada kak Andi selama ini hanya bisa aku pendam. Aku terlalu takut untuk mengungkapkannya. Selama ini, aku hanya mencari informasi tentangnya, tanpa ada keberanian untuk mendekatinya.
            Hingga akhirnya kesempatan untuk bisa dekat dengan Kak Andi datang. Aku ditunjuk sebagai sekretaris dalam acara bazar di universitasku, dengan kak Andi sebagai ketuanya. 4 bulan kami menyiapkan acara tersebut, selama itu pula intensitas pertemuan kami semakin banyak. Semakin hari kami semakin dekat. Kak Andi mulai memberikan sedikit perhatian-perhatian kecil untukku. Terkadang ia menjemput dan mengantarku sepulang kuliah.
            Pada suatu sore Kak Andi mengajakku mengunjungi salah satu sponsor besar dari kegiatan di kampus. Sepulang dari kunjungan itu, kami makan di salah satu restoran favorit para mahasiswa. Tiba-tiba Kak Andi menyatakan perasaannya. Dia memintaku untuk menjadi pacarnya. Tentu aku sangat senang, karena hal yang selama ini aku inginkan akhirnya terwujud. Aku senang bercampur sedih. Aku yang bergelar syarifah dan masih keturunan keraton tidak akan pernah diizinkan menjalin hubungan dengan pemuda dari kalangan rakyat biasa. Tradisi tersebut sudah turun menurun dianut keluargaku yang masih keturunan kerajaan Pontianak. Tersirat kesedihan dimatanya ketika aku mengatakan hal tersebut. Tapi aku juga nggak tega untuk menolak keinginannya. Aku pun menerima Kak Andi. Sejak saat itu kami menjalin hubungan yang tidak diketahui oleh kedua orang tuaku.

            Tidak terasa hubungan kami telah memasuki tahun ke-3. Banyak suka dan suka yang telah kami lewati bersama. Tetapi itu semua dapat kami selesaikan tanpa ada pertengkaran yang besar. Aku sering berkunjung kerumah Kak Andi  untuk sekedar main ataupun mengerjakan tugas. Orang tua Kak Andi sangat welcome terhadapku. Terlebih lagi ibunya. Aku sangat menyayangi mereka. aku telah menganggapnya sebagai orang tuaku sendiri.
Suatu hari, ketika kami tengah merayakan hari jadi ke-3 di sebuah restoran, Kak Andi tiba-tiba menanyakan tentang kejelasan hubungan kami. Aku yang tidak menyangka akan disodori pertanyaan seperti itu pun terkejut. Aku belum siap dengan pertanyaan Kak Andi. Dia memintaku untuk mengenalkannya dengan orang tuaku. Aku pun menyetujuinya dengan persaan bingung dan takut.
            Hari yang direncanakan tiba. Malam ini aku berencana mengenalkan Kak Andi dengan orang tuaku. Tepat pukul 7 malam motor Kak Andi tiba dihalaman rumahku. Cara berpakaian Kak Andi sedikit berbeda. Ia mengenakan kemeja berwarna biru dan dipadukan dengan celana jins hitam. Cukup rapi jika dibandingkan dengan kesehariannya yang senang melapisi pakaian dengan kaos dan kemeja. Terlihat ketegangan di raut wajahnya. Aku pun tersenyum menyambut kedatangannya.
“assallamu’alaikum”
“wa’alaikum salam,” sahutku sambil mempersilahkan Kak Andi memasuki rumah
Pelan-pelan ia memasuki rumah sambil memperhatikan keadaan rumah yang kelihatan sepi
“umi dan abah lagi pergi,kak,” kataku mengetahui kegelisahannya
Seketika itu juga Kak Andi mengehmbuskan nafas lega. Aku tertawa melihat tingkahnya itu. Setengah jam berlalu, terdengar deru suara mobil memasuki garasi rumah.
            “itu pasti umi dan abah, sebentar ya kak,” tanpa menunggu jawaban Kak Andi, aku langsung menuju halaman menyabut kedatangan kedua orang tuaku.            “motor siapa itu vie?” tanya umi sambil melihat kearah ruang tamu
            “motor teman selvie mi, itu orangnya ada didalam, Selvie mau ngenalinnya dengan umi dan abah” jawabku sambil mengajak umi dan abah masuk kedalam rumah
            Kak Andi langsung berdiri menyambut kedatangan kedua orang tuaku. Diciumnya kedua tangan mereka dengan sopan. Senang rasanya Kak Andi bisa bersikap sopan kepada orang tuaku
            “temannya selvie ya?” tanya umi sambil menduduki kursi
            “iya om” jawab Kak Andi singkat
            “kerja atau kuliah? Dimana?” tanya abah penuh selidik
            “masih kuliah om di UNTAN” sahutnya dengan kikuk
            “oo ya sudah, lanjutin ngobrolnya. Om masuk dulu.” Abah pun beranjak dari kursinya diikuti umi.
            Aku dan Kak Andi langsung tersenyum ketika mengethui respon kedua orang tuaku. Syukurlah mereka tidak mengintrogasi Kak Andi hingga detail. Jam telah menunjukkan pukul 9 malam. Kak Andi pun berpamitan pulang. Sebagai pemuda yang berpendidikan, Kak Andi sangat menjaga etika bertamunya. Aku pun mengantarkan Kak Andi hingga halaman depan. Aku menunggunya hingga ia hilang dari pandanganku.
            Aku pun kembali masuk ke dalam rumah. Terlihat umi dan abah sedang asyik menonton liputan berita di TVRI
            “Selvie, yang tadi itu siapa? Tinggal dimana” tanya umi
            “Kak Andi mi, teman dekat Selvie. Dia tinggal di kompleks UNTAN”
            “apa nama lengkapnya?”
            “Andi Rangga Pratama. Kenapa mi?”
            “bukan keturunan syarif?”
            “bukan, orang tuanya berasal dari Bandung yang memiliki usaha disini”
            “kenapa kamu berani menjalin hubungan dengan orang sembarangan selvie?” abah yang sedari tadi hanya menjadi pendengar pun ikut bicara
            “dia bukan orang sembarangan bah. Asal usul keluarganya jelas dan dia juga bukan orang yang sangat miskin”
            “tapi dia tidak mempunyai keturunan raja seperti kita. Kamu harus ingat siapa dirimu selvie. Kamu adalah seorang keturunan raja. Dan kamu harus mencari pendamping yang bibit, bebet, bobotnya sebanding dengan kita. Mulai sekarang putuskan hubunganmu dengan Andi itu.” Terang abah dengan marah
            Aku yang tidak dapat menahan air mata langsung berlari menuju kamar tidur. Dengan wajah menelungkup di atas bantal aku menangis sesegukan. Apa yang aku takutkan akhirnya terjadi. Abah dengan keras menentang hubunganku dengan Kak Andi. Aku hanya bisa menangis dan menangis hingga terlelap ke alam mimpi.
            Keesokan harinya aku bangun dengan mata bengkak. Teringat kejadian semalam, aku pun menitikkan air mata lagi. Kenapa tuhan mempertemukanku dengannya jika akhirnya aku harus berpisah dengan Kak Andi. Sayup-sayup terdengar
            “pagi.” Ucapku dengan murung
            “pagi sayang.” Jawab umi sambil mengecup keningku
Kelihatannya abah masih marah mengenai kejadian tadi malam. Dan aku tidak ingin membicarakan hal tersebut. Kami makan dalam keheningan. Perutku seakan penuh tak ingin terisi lagi. Aku pun segera berpamitan untuk kuliah.
            “selvie pergi dulu, assalamu’alaikum” kataku sambil beranjak dari meja makan
            “selvie” panggil abah
            Langkahku pun terhenti. Tanpa sempat menoleh ke arah abah. Beliau berkata “putuskan hubungan kalian”
            Tanpa menjawab perkataan abah, aku langsung bergegas pergi. Sayup-sayup terdengar suara umi meneriakkan kata “hati-hati”
            Sepanjang perjalanan ke kampus pikiranku dipenuhi tentang Kak Andi dan keluargaku. Bagaimana aku harus menjelaskan kepada Kak Andi. Aku belum rela jika harus berpisah dengannya. Hubungan yang telah terjalin selama 3 tahun telah menorehkan berbagai kenangan.
            Sesampainya dikampus, aku langsung masuk kekelas. Biasanya aku akan bertemu Kak Andi sebelum masuk ke kelas. Tapi untuk hari ini, aku tidak ingin bertemu Kak Andi. Bahkan telpon sms-sms Kak Andi pun tidak aku hiraukan sedikitpun. Aku terlalu bingung menjelaskan semua ini.
            Hari ini aku hanya ada 1 mata kuliah. Seusai kelas pun aku langsung pulang kerumah. Ditengah perjalanan ada sms masuk. Ternyata sms Kak Andi.
            Selvie, kamu dimana
            Tak aku gubris sms tersebut, bahkan handphone-ku sengaja aku non-aktifkan. Ada sedikit rasa penyesalan kurasakan, tapi aku belum siap bertemu dengan Kak Andi. Setibanya dirumah, aku langsung menemui umi di kamarnya. Hanya umi yang selama ini aku percaya untuk mendengarkan keluh kesahku.
            “assalamu’alaikum umi,”
            “wa’alaikum salam, ada apa?” jawab umi sembari meletakkan koran yang dibacanya.
            “lagi baca apa mi?” tanyaku memulai percakapan
            “ini ada pembunuhan di sebrang sana. Kamu kalau lagi pergi hati-hati. Jangan gampang percaya dengan orang. Apalagi kamu kan perempuan. Umi takut ada apa-apa” kata umi sambil mengusap-usap kepalaku
            “iya mi, insya allah selvie bisa kog jaga diri” katakku sembari menyandarkan kepala dibahu umi
            “vie, kata abahmu itu benar. Kamu tidak boleh menjalin hubungan dengan Andi.”
            “kenapa mi. Kak Andi orang yang baik”
            “umi tahu dia baik, anak umi tidak mungkin bergaul dengan sembarang orang. Tapi dia dari kalangan biasa”
            “apa perbedaannya dengan kita? Kita juga orang biasa” kataku mencoba membela Kak Andi
            “tapi kita masih keturunan keraton. Kita punya tanggung jawab besar untuk terus melestarikan keturunan kita. Apalagi kamu adalah anak umi dan abah satu-satunya. Siapa lagi yang akan meneruskan keturunan kita kalau bukan kamu?” terang umi panjang lebar
            “tapi Kak Ahmad bisa terus menjalin hubungan dengan Deara” kataku mencoba membela diri
            “dia kan laki-laki. Otomatis keturunan mereka tetap dapat melanjutkan keturunannya.”
            “tapi mi, bagaimana selvie harus menjelaskan kepada Kak Andi”
            “sebaiknya kamu menceritakan secara terus terang dengan Andi”
            “iya mi. Makasih ya sarannya. Selvie mau gerjain tugas dulu”
Sedikit lega setelah bercerita dengan umi. Aku pun melanjutkan tugas kuliahku dikamar.
            Keesokan harinya aku bangun tidur dengan perasaan yang lebih baik dari kemarin. Aku sudah memiliki keputusan untuk dikatakan dengan Kak Andi.
            “pagi bah, pagi mi” sapaku
            “pagi sayang. Ceria sekali kamu pagi ini” sahut umi yang sedang menyediakan sarapan untuk abah
            “bagaimana Andi?” tanya abah langsung
            “sudah la bah. Biarkan Selvie sarapan dulu” tegur umi
            “tidak apa-apa mi. Umi, abah Selvie pergi dulu ya. Sarapan di kantin saja. Masih ada tugas yang belum selvie selesaikan.”
            “hati-hati dijalan” sahut umi
            Sepanjang perjalanan ke kampus, pikiranku dipenuhi oleh keputusan yang akan aku katakan kepada Kak Andi. Bagaimana reaksinya nanti? Apakah dia akan marah? Pikiran-pikiran seperti itu terus berkecamuk dalam otakku.
            Sesampainya dikampus, aku yang belum siap untuk menemui Kak Andi pun langsung bergegas masuk menuju kelas pertama. Aku berencana memberitahu keputusan yang aku ambil selepas kelas pertama.
            Pelajaran pun usai. Perasaanku semakin tak karuan. Aku dikejutkan oleh
kehadiran Kak Andi di depan kelasku. Walaupun aku sudah berencana menemuinya, tapi kedatangan Kak Andi yang tiba-tiba cukup mengejutkanku.
            “kakak”
            “kemana saja kamu belakangan ini”
            “tidak kemana-mana kak. Selvie baru saja akan menemui kakak. Tapi kakak sudah ada disini”
            “ke kantin yuk kak” ajakku
            “oke. Ada yang ingin kakak bicarakan”
            “Selvie juga mau bicara dengan kakak”
Kami pun mencari tempat duduk yang nyaman untuk mengobrol. Kak Andi memilih tempat dipojok ruangan yang lumayan terhindar dari tatapan mata mahasiswa lainnya.
            “maaf Kak”
            “maaf untuk apa?”
            “selvie menghindari kakak belakangan ini”
            “tidak masalah. Kakak bisa mengerti. Apa yang ingin kamu bicarakan?’’
            “abah tidak menyetujui hubungan kita”
            “sudah aku duga, pasti ini yang membuatmu mulai menjauhiku”
            “bagaimana menurut kakak dengan hubungan kita?”
            “terserah kamu dan keluargamu. Kakak tidak bisa memaksakan kehendak kakak sendiri” jelas Kak Andi bijak
            “hubungan kita sudah terjalin lumayan lama. Mungkinkah kita bisa melepaskan satu sama lain?” tanyaku
            “tuhan mempunyai jalan yang terbaik untuk kita vie. Walaupun kita telah menjalin hubungan belasan tahun, jika tuhan tidak menghendaki maka kita pun tidak mungkin akan bersama. Mungkin tuhan memberikan kita pasangan yang salah sebelum dia memberikan pasangan yang sebenarnya untuk kita”
            “Selvie menyayangi umi dan abah, kak. Selvie tidak ingin mengecewakan mereka. tapi Selvie juga tidak ingin mengecewakan kakak”
            “kakak tidak kecewa, menurut kakak orang tua adalah prioritas utama dalam hidup. Kita masih bisa berteman baik, dan mungkin kakak bisa lebih leluasa berkunjung kerumahmu”
            “syukurlah kakak tidak marah. Selvie takut kakak tidak dapat menerima keputusan Selvie”
            “tidak mungkin kakak marah” jawab kakak sambil tersenyum
            “sudah siang kak, Selvi harus mengantar umi kerumah sakit”
            “siapa yang sakit?” tanya Kak Andi dengan wajah khawatir
            “sudah seminggu nenek berada di ruang ICU”
            “oh... semoga nenek cepat sembuh. Kalau ada waktu kakak akan mengunjungi nenek. Hati-hati”
            Aku segera beranjak pergi meninggalkan Kak Andi yang masih berada di kantin kampus. Senang rasanya satu masalah telah terselesaikan. Aku pun pulang kerumah dengan perasaan yang bahagia.
            Sesampainya dirumah aku segera menceritakan keputusan yang aku ambil kepada umi dan abah. Mereka berdua merasa senang dengan keputusanku. Dan mereka juga mengijinkan Kak Andi berkunjung kerumah sesering mungkin.
            Memang benar kata orang. Hanya keluargalah dunia kita yang paling nyaman dan aman. Bagaimanapun, keluarga adalah anugrah terindah yang pernah kita miliki, terutama kedua orang tua. Tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan mereka berdua di dunia ini.

Minggu, 14 Agustus 2011

Antara Cinta dan Cita Paskibra
Oleh Aradhea
Sma 5 melangkah kedepan
Bersama kita menyongsong masa depan
Bersatu berpadu meraih segala prestasi
Demi kebanggaan kuatkan tekat kita raihlah semangat juang
Demi kehormatan
Jaya sekolahku, jaya sma 5
Jaya sekolahku, jaya sma5

Terdengar anggota paduan suara sekolah menyanyikan lagu mars SMA N 5 dengan merdu. Penutupan Masa Orientasi Sekolah (MOS) ini menjadi angin segar untukku dan para siswa baru baru lainnya. Tahun ini aku melepas status sebagai pelajar SMP dan memulai kehidupan baru di masa SMA. Aku langsung memilih SMA N 5 sebagai sekolah terakhirku. Bukan karena terpaksa atau NIM yang tiIdak mencukupi untuk masuk di SMA Negeri lainnya, tetapi karena sekolah ini cukup dekat dengan daerah tempat tinggalku sehingga aku dapat mengikuti berbagai kegiatan positif tanpa ada kendala jarak dan waktu.
Seperti biasa, kegiatan awal masuk sekolah akan dimulai dengan Masa Orientasi Sekolah (MOS). MOS ini akan diadakan selama 3 hari dengan berbagai jadwal penuh yang melelahkan. Tapi Setelah 3 hari ini, kami akan terbebas dari senior-senior yang kejam dan menyeramkan. Lumayan seru dan asyik mengikuti berbagai kegiatan yang telah disiapkan, walaupun sedikit melelahkan dan membuat hati sakit karena tingkah para senior.
Hari ini adalah hari ketiga MOS yang berarti juga merupakan hari puncak kami disakiti. Penutupan MOS ini selalu ditunggu-tunggu oleh para siswa baru diseluruh sekolah yang ada di Kalimantan, bahkan mungkin diseluruh nusantara. Selain karena penutupan mos merupakan hari terakhir mereka melakukan serangkaian kegiatan yang tidak disukai, pada penutupan MOS juga akan ditampilkan berbagai ekskul yang ada di SMA N 5. Seperti paskibra, paduan suara, dance, silat, karate, basket, voli, dan masih banyak lagi ekskul-ekskul yang menarik.
Dari kejauhan ada salah satu kelas yang berbeda dari kelas lainnya. Dalam kelas tersebut samar-samar terlihat beberapa siswa memakai pakaian berwarna biru. Dengan rasa penasaran, aku pun bertanya kepada panitia, “maaf kag,itu ekskul apa ya?” kataku sambil menunjuk kelas tersebut. “itu ekskul paskibra”, jawab seniorku sambil pergi meninggalkan barisanku. Tidak sabar rasanya menunggu penampilan mereka.
Setelah penantian yang cukup lama, akhirnya tiba giliran ekskul paskibra menampilkan kepiawaian mereka dalam bergerak. Tetapi sebelum itu, kami dibagikan secarik kertas tentang paskibra SMA N 5, yang aku tahu bernama PASMA GO FIVE.



PASMA GO FIVE

PASKIBRA
Kalian pasti tahu paskibra adalah sebuah singkatan dari pasukan pengibar bendera
Seperti kakak-kakak yang ngibarin bendera di istana merdeka dan bertemu langsung dengan presiden,orang nomor satu di indonesia.
Mereka disebut paskibraka nasional atau pasukan pengibar bendera pusaka nasional
Tapi kebanyakan orang mengatakan kalau paskibra itu hanya tahu LKBB aja
Eiits jangan salah
Anak-anak atau anggota paskibra nggak bego-bego amat kog
Buktinya kakak-kakak paskibraka tingkat nasional,provinsi, dan kota harus melewati serangkaian tes untuk bisa mengejar mimpi mereka menjadi salah satu anggota paskot,pasprov, ataupun pasnas
Apalagi Paskibra SMA Negeri 5 atau biasa dikenal dengan nama PASMA GO FIVE
Anggota PASMA GO FIVE lumayan pintar-pintar juga
Karena dalam paskibra, kami diajari tentang kebersamaan, tolong menolong, kekompakan, saling berbagi satu sama lain, dan tidak boleh egois
Bukan hanya itu, di paskibra kita juga diajarin tentang disiplin,bertanggung jawab, berani bertindak, dan pastinya selalu mendapatkan nilai-nilai yang bagus disetiap mata pelajaran

Paskibra itu seru, menyenangkan, bahkan menyebalkan
Meskipun harus dijemur di tengah lapangan dengan terik matahari yang menyengat ataupun kedinginan diguyur hujan deras
Sampai-sampai anak-anak PASMA GO FIVE tu pada kucel kalau habis latihan
Bahkan kami rela potong rambut demi paskibra
Semua itu kami lakukan dengan ikhlas tanpa paksaan
Karena kami telah menganggap bahwa Paskibra atau PASMA GO FIVE merupakan salah satu bagian hidup kami
PASMA GO FIVE itu adalah keluarga kedua kami
Disana ada keceriaan, canda tawa, kesedihan, susah dan senang
Semua itu kami lewati bersama

O iya
Ada satu lagi kebiasaan di paskibra yang nggak boleh dilewati
SERI
1 Seri itu 25 push up, jadi kalau 1 set 250 push up
Wiiih capek
Tapi bagi kami seri itu sudah biasa
Kalau udah diseri kita wajib ngomong “siap.terima kasih atas serinya”
Aneh banget kan, udah dihukum sakit-sakit malah bilang terima aksih
Terkadang dalam 1 kali latihan kami bisa seri hingga lebih dari 100 kali push up
Tapi itu semua nggak terasa karena kita ngelakuinnya dengan ikhlas dan ada canda tawa disana

Ini semua hanya bisa kalian rasakan di bangku sekolah
Karena nggak ada lagi yang namanya paskibra di bangku kuliah

Paskibra itu nggak melihat tinggi rendah, cantik jelek, hitam putih.
Semua itu sama
Yang ada hanyalah keluarga besar PASMA GO FIVE
Terkandang ada perbedaan pendapat di antara anggota paskibra
Tapi semua itu selalu dapat diselesaikan dengan kebersamaan

Kalau sudah menjadi anggota PASMA GO FIVE, kalian jangan takut nggak eksis
Karena PASMA GO FIVE lumayan dikenal lo di kalangan sma-sma di kota pontianak ini
Di tahun ajaran 2010/2011 pasma go five berhasil mengumpulkan beberapa piala dalam perlombaan antar SMA sekota pontianak
Karena itu kami dikenal oleh anggota-anggota Paskibra SMA lainnya
Eksis donk kita di ekskul ini
Bukan hanya eksis di sekolah tapi juga bisa eksis di sma-sma lainnya

Ada beberapa kakag senior yang telah menjadi paskibraka kota dan paskibraka provinsi
Untuk mendapatkan semua ini harus memiliki otak yang cerdas dan fisik yang kuat
Serangkaian tes harus dilewati dan pulluhan saingan harus dikalahkan dalam tes ini
Tapi semua itu terbayarkan jika kita berhasil menjadi paskibraka
Banyak banget keuntungan yang akan didapatkan
Selain keuntungan untuk diri sendiri juga menguntungkan orang tua dan juga sekolah
Bisa liburan ke luar kota bahkan keluar negeri gratis, mendapatkan beasiswa dari pemerintah, membanggakan orang tua, mengharumkan nama sekolah, dan juga mendapatakan banyak teman baru dari daerah lain
Kalian pasti ingin membanggakan kedua orang tua kalian
Apalagi yang dapat kita berikan untuk mereka kecuali prestasi-prestasi kita yang gemilang

Makanya jangan ragu-ragu join di ekskul kami
Ekskul Paskibra SMA Negeri 5 pontianak atau PASMA GO FIVE



Tiba-tiba dari belakang barisan kami terdengar teriakan “gooooo five”. Seluruh mata pun langsung teralih kebelakang barisan. Disana telah berkumpul siswa-siswa yang tadi memakai baju berwarna biru. Dengan badan tegak dan gagah mereka melangkah maju menuju lapangan disamping kiri. Terdengar seruan para siswa yang menyoraki mereka. Aku sangat terkejut melihat dandanan mereka yang menyerupai jengkelin dan ada yang berdandan ala gothic. Sungguh penampilan yang mengejutkan. Tidak cukup sampai disitu keterkejutanku. Secara serempak mereka menuju ketengah lapangan ketika alunan musik telah berbunyi. Baru kali ini aku melihat penampian paskibra yang dikreasikan dengan musik. Kami menyangka itu adalah dance paskibra. Ternyata kami salah, gerakan paskibra yang dikreasikan dengan musik disebut grand prix.
Selama ini yang aku tahu paskibra itu hanyalah kegiatan berpanas-panasan denagn melatih gerakan-gerakan tangan dan kaki. Bahkan senior-seniornya yang terkenal sangar dan galak dengan pasal-pasal buatan mereka sendiri. Ternyata ada sisi lain dari ekskul ini yang belum aku ketahui. Aku mulai tertarik dengan ekskul ini. Aku berharap dengan mengikuti ekskul paskibra, aku bisa memiliki berbagai ilmu baru. Mungkin aku bisa lolos menjadi paskibra di tingkat kota, provinsi, maupun nasional.